Eka memarkir motornya di depan rumah kos tua yang terletak di sebuah gang sempit di Jatiwangi, Majalengka. Hawa lembap sore itu membuatnya menarik napas panjang sebelum membuka gerbang yang berderit. Rumah itu tampak seperti yang ia ingat dari cerita Kim di Whatsapp. Bangunan tua dengan cat tembok yang mengelupas, jendela-jendela besar berdebu, dan pohon mangga yang daunnya berguguran.
"Kim?" Eka memanggil, suaranya sedikit keras.
Dari dalam, langkah tergesa terdengar. Pintu terbuka dan Kim muncul dengan senyuman lebar. "Eka! Akhirnya datang juga!"
Keduanya berpelukan erat. Sudah berpuluh tahun sejak mereka terakhir bertemu.
"Rumah kosanmu ini... lumayan seram, Kim," kata Eka sambil melirik ke sekitar rumah.
Kim tertawa kecil. "Murah, itu alasan utamanya. Lagi pula, aku suka suasana tenang disini."
Mereka memasuki ruang tamu yang hanya diterangi oleh cahaya matahari sore. Dindingnya penuh bercak lembab, dan perabotannya tampak tua. Eka merasa ada hawa aneh, seolah-olah tempat itu menyimpan sesuatu yang lebih dari sekadar kesunyian.
Malam harinya, Eka memperhatikan penerangan di rumah kosan tua Kim sangat sederhana sekali. Hanya beberapa ruangan yang diberi penerangan lampu. Itupun hanya lampu redup 5 watt bercahaya kuning.
Malam itu mereka melepas kangen, mereka mulai mengobrol tentang masa lalu. Tentang teman-teman sekolah, pekerjaan, dan kenangan konyol.
Suatu saat ketika Kim keluar dari dapur, Eka menangkap sesuatu dari sudut matanya, bayangan gelap yang melintas di belakang Kim.
"Kamu seperti melamun. Kenapa?" tanya Kim sambil menyodorkan secangkir teh.
Eka menggeleng. "Tidak apa-apa. Cuma... tadi seperti ada yang lewat di belakangmu."
Kim menoleh, melirik ruangan dapur di belakangnya. Ia tersenyum tipis. "Mungkin cuma imajinasimu. Aku tinggal disini sendirian."
Ketika malam tiba, mereka memutuskan untuk memasak mi instan bersama di dapur kecil yang terletak di belakang rumah. Saat Kim sibuk memotong sayur, Eka merasa ada seseorang yang mengawasi. Ia yakin melihat sosok samar berdiri di sebuah ruangan gelap di pinggir dapur, hampir tertelan oleh kegelapan.
"Kim," bisiknya. "Apa benar kamu tinggal disini sendirian?"
Kim menoleh dan menjawab, "Iya, benar. Memang kenapa?" Kim balik bertanya.
"Tidak, aku cuma bertanya." Ia berusaha agar tidak menakuti Kim, meskipun hatinya mulai tidak tenang.
Kim, orangnya polos sekali. Mungkin karena kepolosannya itu, ia tidak bisa merasakan hal-hal yang terkadang bikin bulu kuduk merinding.
Setelah makan malam, Eka pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil. Kamar mandi ini terletak di pinggir dapur berhadap-hadapan dengan ruangan gelap yang sebelumnya diceritakan. Ketika Eka keluar dari kamar mandi, ia merasakan seluruh tubuhnya tiba-tiba merinding. Ia merasa ada sosok yang memperhatikan dengan pandangan yang sangat tajam dari kegelapan ruangan itu. Ia melangkah berusaha mengabaikan dorongan untuk menengok ke ruangan itu. Tapi akhirnya ia menengok dan tidak melihat apa-apa kecuali kegelapan.
Di ruang tamu, ia menemukan Kim sedang duduk memandang smartphonenya.
"Kim, sepertinya ada sesuatu di ruangan tanpa pintu, di depan kamar mandi," ucap Eka.
Kim menjawab dengan tenang. "Mungkin cuma imajinasimu, aku tidak pernah melihat sesuatu yang aneh disini."
Eka duduk sambil memandang keluar jendela, memperhatikan rumah kosong yang gelap di sebelah rumah kosan Kim. Tiba-tiba ia melihat bayangan tinggi dengan kepala miring, seperti sedang memperhatikannya dari balik jendela rumah itu. Keringat dingin mengucur, Eka menoleh ke arah Kim yang terlihat tenang melihat smartphonenya. Ia ingin bercerita, namun ia tidak mau menakuti sahabatnya.
Tepat sebelum tengah malam, Eka pulang. Ketika ia menyalakan motor dan melirik ke arah rumah kosan tua, Kim melambaikan tangan, tersenyum dengan semua kepolosannya. Namun, di rumah kosong di sebelah rumah kosan Kim, bayangan tinggi itu kembali, berdiri, mengawasinya.
Beberapa bulan kemudian Eka mendengar kabar Kim sudah pindah kosan ke tempat yang lebih ramai. Eka beberapa kali main ke kosan barunya Kim, walaupun kecil tempat kosan Kim kali ini mempunyai penerangan yang bagus, bersih dan ramai.
Sementara itu, rumah kosan tua itu dan semua misterinya masih menjadi misteri.