Tahun 2001, liburan sekolah tiba. Empat sahabat karib, Otong alias Botoy, Didin alias Kentang, Alek alias Balek, dan Eka alias Bakew, merencanakan petualangan seru. Tujuannya, Waduk Darma Kuningan. Berbekal peralatan camping seadanya, mereka menumpang truk yang melintas. Canda tawa mewarnai perjalanan mereka.

Setibanya di Waduk Darma, mereka disambut pemandangan menakjubkan. Pulau Goong, pulau kecil di tengah waduk, tampak menyapa dari kejauhan. Setelah mendirikan tenda di tepi waduk, mereka asyik memancing dan menikmati keindahan alam hingga senja.

Malam tiba, api unggun menyala. Sambil menikmati makan malam sederhana, mereka bergantian menceritakan kisah seru di sekolah. Dari cerita tentang teman-teman yang lucu, hingga momen-momen menegangkan saat ujian dadakan, semuanya mereka ceritakan hingga tawa lepas bergema di sekitar api unggun. Rasa lelah pun perlahan datang setelah puas bernostalgia.

Ketika mereka beranjak akan beristirahat, samar-samar terdengar alunan gamelan, berasal dari arah Pulau Goong. Padahal, pulau itu terkenal tidak berpenghuni.

"Itu suara gamelan, kan?" Tanya Botoy, matanya membelalak kearah Pulau Goong.

"Iya, tapi dari mana asalnya?" Sahut Kentang, "Pulau itu kan nggak ada penghuninya."

"Jangan-jangan..." Bakew menggantungkan kalimatnya, bulu kuduknya merinding.

Alek terdiam, hatinya merasa gentar. "Lebih baik kita berdoa saja semoga tidak terjadi apa-apa."

Suasana mencekam menyelimuti mereka. Tanpa banyak bicara, mereka beranjak menuju tenda. Botoy dan Kentang dengan cepat masuk ke dalam tenda, merapatkan tubuh mereka di dalam sleeping bag. Bakew mengikuti di belakangnya. Alek yang masih terdiam di luar, menatap Pulau Goong dengan pandangan nanar sebelum akhirnya ikut masuk ke dalam tenda, kemudian buru-buru merapatkan resleting tenda.

Perlahan mereka mencoba memejamkan mata, berusaha mengabaikan suara misterius dari Pulau Goong. Namun tiba-tiba sesosok bayangan hitam melintas di balik tenda mereka. Sosok itu berjalan perlahan, membawa sesuatu yang tampak mencurigakan. Keempat sahabat itu hanya bisa menahan napas, jantung mereka berdebar kencang hingga sosok itu menghilang ditelan gelapnya malam.

Keesokan paginya, meskipun penasaran dengan suara gamelan dan sosok misterius itu, mereka merasa lebih baik tidak mengusiknya.

Setelah sarapan, keempat sahabat itu kembali pulang dengan misteri yang belum terjawab. Suara gamelan misterius dan sosok misterius itu tetap menjadi teka-teki. Namun, petualangan mereka di Waduk Darma, diiringi misteri Pulau Goong, menjadi kenangan tak terlupakan yang semakin mempererat persahabatan mereka.