Langit pagi di kota kecil ini terlihat suram. Awan kelabu menggantung rendah menutupi langit. Penduduk yang terbiasa dengan kesibukan di luar rumah, harus memulai rutinitas mereka dengan sedikit lebih lambat karena hujan yang turun tanpa henti.

Hujan telah mulai turun sejak Subuh. Jalanan berubah menjadi jalur-jalur yang diselimuti genangan air. Di pinggir jalan, orang-orang dengan payung berwarna-warni berjalan kaki dengan hati-hati menghindari genangan air.

Di sebuah warung kopi di pinggir jalan beberapa orang memutuskan untuk berhenti sejenak, menikmati gorengan dan segelas kopi sambil menunggu hujan reda. Dari jendela mereka mengamati orang-orang yang berlalu lalang dengan payung mereka, dan kendaraan yang melaju pelan.

Di kantor-kantor para pekerja mengintip melalui jendela, mengamati bagaimana hujan mengubah pemandangan kota kecil ini menjadi lukisan alam yang indah. Percakapan di dalam ruangan seringkali beralih ke cerita-cerita tentang hujan, bakso, kenangan masa kecil, atau rencana untuk akhir pekan dengan harapan cuaca yang lebih cerah.

Hari beranjak sore, hujan belum juga berhenti. Lampu-lampu jalan mulai menyala satu per satu, cahayanya menyoroti butiran-butiran hujan yang terus turun. Meskipun basah dan sedikit lebih sepi dari biasanya, kota kecil ini tetap hidup. Warung kaki lima mulai ramai dengan orang-orang yang mencari makanan enak, melupakan dinginnya cuaca di luar.

Di bulan Desember, terkadang hujan tidak pernah berhenti sepanjang hari. Namun bagi sebagian orang, hujan membawa momen refleksi, kebersamaan, dan kesempatan untuk melambat sejenak dari rutinitas yang seringkali berjalan terlalu cepat.