Leak adalah salah satu unsur paling terkenal dalam mitologi dan budaya Bali yang mengandung elemen mistis, magis, serta kisah-kisah legenda yang kaya akan nilai simbolik dan spiritual. Seseorang yang menguasai ilmu Leak dikenal bisa berubah wujud menjadi makhluk mengerikan, terkadang berupa makhluk astral atau hewan buas. Sosok Leak biasanya muncul pada malam hari, terutama di tempat sunyi.
Etimologi
Kata "Leak" berasal dari kata "Le" (tidak) dan "Aak" (manusia), yang jika digabungkan berarti "bukan manusia". Dalam konteks spiritual dan kepercayaan masyarakat Bali, Leak adalah praktik ilmu hitam (ilmu pengiwa) yang dilakukan seseorang dengan mempelajari ajaran-ajaran gelap untuk memperoleh kekuatan supranatural.
Sejarah Leak
Asal usul Leak tidak dapat dipisahkan dari konsep dualisme dalam ajaran Hindu Bali, yaitu keseimbangan antara Rwa Bhineda (dua kekuatan yang saling bertolak belakang), baik dan buruk, terang dan gelap, dharma dan adharma. Leak pertama kali muncul dalam kisah-kisah kuno Bali yang berakar dari teks-teks lontar (naskah kuno), seperti Lontar Calonarang.
Lontar Calonarang
Ini adalah sumber utama dari legenda Leak. Calonarang adalah nama seorang janda sakti dari Kerajaan Daha (Kediri) di Jawa Timur, yang hidup pada abad ke-11. Calonarang, yang juga dikenal sebagai Rangda, adalah seorang penganut ilmu pengiwa. Ia sangat sakti dan menguasai ilmu Leak. Ia merasa dihina karena tidak ada pria yang mau menikahi putrinya, Ratna Manggali, karena status jandanya. Karena dendam, ia menggunakan ilmu Leak untuk menciptakan wabah dan kekacauan di kerajaan. Sang Raja kemudian mengutus Mpu Bharadah, seorang resi sakti, untuk menaklukkan Calonarang. Pertarungan antara Calonarang (Rangda) dan Mpu Bharadah menjadi simbol konflik antara kejahatan dan kebaikan.
Bentuk dan Wujud Leak
Leak dipercaya memiliki beberapa tingkatan dan bentuk. Dalam mitos masyarakat Bali, seseorang yang menguasai ilmu Leak bisa berubah wujud menjadi berbagai bentuk tergantung tingkat kesaktian mereka, seperti babi, harimau, atau burung hantu, juga wujud menyeramkan lainnya. Leak biasanya berkeliaran saat "mebejiang", yaitu waktu di malam hari ketika para praktisi ilmu pengiwa melakukan ritualnya.
Praktik dan Tujuan Ilmu Leak
Orang yang mempelajari ilmu Leak umumnya bertujuan untuk mencari kekuatan supranatural, mencelakai orang lain (sihir jahat), menjadi kaya atau berkuasa melalui jalur mistik, atau melayani kekuatan-kekuatan astral dengan perjanjian tertentu. Namun, tidak semua yang mempelajari ilmu Leak dianggap jahat. Ada pula yang mempelajarinya untuk melindungi masyarakat dari gangguan ilmu hitam, yang disebut sebagai Balian (dukun baik), penengen juga pemedek (spiritualis).
Leak dalam Budaya Populer dan Upacara
Leak menjadi bagian penting dari seni dan budaya Bali. Dalam tari Barong, Leak biasanya digambarkan sebagai Rangda, seorang wanita menyeramkan dengan rambut kusut, mata membelalak, lidah menjulur, bertaring besar dan berkuku panjang. Rangda adalah musuh utama Barong (simbol kebaikan yang digambarkan sebagai sosok singa bertaring panjang dengan rambut pirang dan lebat). Banyak upacara keagamaan di Bali menyertakan ritual penolak Leak atau "penyupatan" untuk membersihkan energi negatif. Dalam budaya populer, Leak sering muncul dalam film horor Indonesia dan menjadi simbol mistis yang sangat dikenal luas.
Keyakinan dan Larangan
Dalam masyarakat Bali, berbicara terbuka tentang Leak sering dihindari karena dipercaya bisa mengundang kekuatan gaib. Orang-orang yang dituduh sebagai Leak bisa dikucilkan. Namun di sisi lain, beberapa keluarga memang diketahui memiliki "warisan" ilmu Leak yang turun-temurun.
Kesimpulan
Legenda Leak dalam budaya Bali adalah manifestasi dari kepercayaan terhadap kekuatan dualistik dalam kehidupan. Ia bukan hanya tentang kegelapan, tetapi juga tentang bagaimana masyarakat Bali mencari keseimbangan antara dunia nyata dan dunia roh. Melalui kisah Calonarang, pertunjukan tari, dan kepercayaan spiritual, Leak menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Bali yang kompleks dan kaya.