Bunyi alarm membangunkan Rin dari tidurnya. Jam menunjukkan pukul 05.00 pagi waktu Neo Majalengka, Januari 6075. Sinar mentari pagi berusaha keras menembus kaca gedung-gedung yang menjulang tinggi, menciptakan bias cahaya yang menyilaukan. Di luar jendela apartemen mereka, di lantai 50 The Jarrdin, deretan mobil terbang melintas, bersiap menghadapi kemacetan khas Neo Majalengka.

"Bianca, sayang, bangun. Nanti terlambat ke sekolah," Rin membangunkan putrinya yang masih terlelap di kapsul tidurnya.

Ekame, suami Rin, sudah rapi dengan seragam kerjanya di NeoRobotik. "Biarkan dia tidur sebentar lagi, Rin. Hari ini kan hari terakhirnya di Bumi."

Rin menghela napas. Hari ini adalah hari yang mereka tunggu-tunggu. Setelah bertahun-tahun menabung dan mempersiapkan diri, akhirnya mereka akan memulai petualangan baru, pindah ke Ceres, planet baru yang dijanjikan memiliki hutan hijau, udara bersih, dan kehidupan yang lebih tenang. Jauh dari hiruk pikuk Bumi yang sangat padat.

"Aku hanya khawatir dia akan ketinggalan momen perpisahan dengan teman-temannya," ujar Rin sambil menyiapkan sarapan.

"Tenang saja, Rin. Semuanya sudah diatur." jawab Ekame menenangkan istrinya.

Setelah sarapan kilat, Bianca yang sudah berpakaian seragam sekolahnya muncul dengan wajah ceria. Di layar komunikator, Rin melihat notifikasi berita tentang lubang hitam raksasa yang semakin mendekati galaksi Bima Sakti. Para ilmuwan masih memperdebatkan potensi bahayanya, namun pemerintah dunia terus meyakinkan warga bahwa semuanya terkendali.

"Bu, berita itu lagi. Apa kita akan baik-baik saja di Ceres?" tanya Bianca dengan nada cemas.

Rin mengelus rambut putrinya, "Tentu saja, sayang. Ceres berada di sistem tata surya yang berbeda, jauh dari lubang hitam itu. Lagipula, kita akan pergi dengan pesawat luar angkasa tercanggih dari NeoNASA."

Ekame merangkul kedua wanita kesayangannya. "Kita akan baik-baik saja. Ini adalah awal dari petualangan baru yang lebih baik."

Setelah mengantar Bianca ke sekolah, Rin dan Ekame menuju tempat kerja masing-masing. Sepanjang hari, pikiran Rin dipenuhi dengan berbagai persiapan kepindahan dan berita tentang lubang hitam. Meskipun berusaha untuk tetap tenang, hatinya dipenuhi perasaan tak menentu.

Rin menuju kantor BioGenesis untuk terakhir kalinya. Suasana haru terasa di lobi kantor yang biasanya ramai. Berita tentang kepindahan keluarga Rin ke Ceres sudah tersebar luas di kalangan kolega.

"Rin, kamu yakin dengan keputusan ini?" Tanya Sarah, sahabat sekaligus rekan kerja Rin di divisi pengembangan bio-regeneratif.

"Yakin, Sarah. Ini kesempatan bagus untuk memulai hidup baru di planet yang masih asri," jawab Rin sambil tersenyum.

Tak lama kemudian, beberapa rekan kerja Rin lainnya datang menghampiri. Mereka memberikan ucapan selamat dan sedikit kenang-kenangan untuk Rin dan keluarganya.

"Semoga sukses di Ceres, Rin!" Ucap Tom, kepala divisi mereka. "Terima kasih atas dedikasi dan kerja kerasmu selama ini."

"Jaga diri baik-baik ya, Rin," tambah Sarah. "Jangan lupa kirim kabar."

Mata Rin berkaca-kaca. Ia akan merindukan teman-teman kerjanya di BioGenesis. Namun, keputusannya untuk pindah ke Ceres sudah bulat.

"Terima kasih atas segalanya, semuanya," ujar Rin haru. "Aku akan selalu mengingat kalian."

Setelah berpamitan dengan hangat, Rin meninggalkan kantor BioGenesis dengan langkah mantap. Bagian dari dirinya terasa berat meninggalkan tempat ini, namun ia tahu bahwa petualangan baru telah menanti.

Sementara itu, Ekame juga sedang berpamitan dengan rekan-rekannya di divisi robotika NeoRobotik.

"Wah, Ekame, jadi iri nih bisa memulai hidup baru di planet Ceres!" Ucap Ben, teman satu tim Ekame sambil bercanda.

"Pasti seru bisa mendesain robot untuk pertanian di Ceres," timpal Laura, rekan kerjanya yang lain.

"Kalian bisa menyusul nanti, kok," jawab Ekame sambil tertawa kecil.

"Tentu saja, tapi tugas kita di sini masih banyak," ujar Pak Robert, kepala divisi mereka, sambil menepuk bahu Ekame. "Semoga sukses di Ceres, Ekame. Semoga kamu dan keluarga selalu bahagia di sana."

Ekame menyalami satu per satu rekan kerjanya, berterima kasih atas dukungan dan persahabatan mereka selama ini. Ia merasa sedih harus meninggalkan mereka, tetapi juga bersemangat untuk memulai babak baru dalam hidupnya.

Di sekolah internasional, suasana kelas Bianca lebih riuh dari biasanya. Hari ini adalah hari terakhir Bianca bersekolah di Bumi, dan teman-temannya bersemangat untuk mengucapkan selamat tinggal.

"Bianca, nanti kalau sudah sampai Ceres, jangan lupa kirim pesan ya!" seru Luna, sahabat Bianca.

"Iya, dan jangan lupa ceritakan bagaimana rasanya tinggal di planet lain!" tambah Leo, sambil memperlihatkan gambar Ceres yang ia temukan di komunikatornya.

Bianca tersenyum haru. "Tentu saja, aku pasti akan menceritakan semuanya pada kalian. Aku akan sangat merindukan kalian semua," ujarnya.

Beberapa teman lain menghampiri Bianca, memberikan pelukan perpisahan dan sedikit kenang-kenangan. Ada yang memberikan gantungan kunci berbentuk roket, ada pula yang memberikan buku tentang astronomi.

Di akhir pelajaran, seluruh kelas memberikan Bianca kartu ucapan perpisahan yang sudah mereka tandatangani bersama. Bianca memeluk kartu itu erat-erat, menahan air mata yang sedang menggenang di pelupuk matanya.

Ia akan selalu mengingat hari ini, hari di mana ia meninggalkan Bumi dan teman-teman terbaiknya, untuk memulai petualangan baru di planet Ceres.

Sore harinya, setelah berkemas keluarga kecil itu berangkat ke pusat peluncuran. Pesawat luar angkasa mereka, "Ceres Hope", berdiri megah, siap membawa mereka ke kehidupan baru.

Saat pesawat meninggalkan atmosfer Bumi, Bianca berseru, "Lihat! Lubang hitam itu...indah sekali!"

Rin dan Ekame menoleh ke arah yang ditunjuk putri mereka. Di kejauhan, tampak pusaran hitam pekat dikelilingi lingkaran cahaya yang indah. Meskipun mengerikan, mereka harus mengakui bahwa fenomena kosmik itu memancarkan keindahan.

Di tengah rasa haru dan cemas, keluarga kecil itu meninggalkan Bumi, planet yang semakin sesak, menuju harapan baru di planet Ceres. Perjalanan panjang menanti mereka, dipenuhi misteri dan tantangan, namun mereka yakin akan menghadapi semuanya bersama-sama.