Tanaman manggis (Garcinia mangostana) memiliki sejarah yang sangat kaya dan menarik, terutama di kawasan Asia Tenggara. Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai sejarah tanaman yang dijuluki "ratu buah" ini.
Asal Usul dan Distribusi Awal
Manggis berasal dari kawasan hutan hujan tropis Asia Tenggara, dengan pusat asal yang dipercaya berada di Semenanjung Malaya dan kepulauan Indonesia. Tanaman ini telah tumbuh secara alami di hutan-hutan Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Malaysia selama ribuan tahun. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa manggis telah dikenal dan dikonsumsi oleh penduduk lokal sejak zaman prasejarah.
Penyebaran di Nusantara
Dalam sejarah Nusantara, manggis menjadi buah yang sangat dihargai oleh kerajaan-kerajaan Melayu. Pedagang dan pelaut dari berbagai kerajaan membawa biji manggis ke pulau-pulau lain, sehingga tanaman ini menyebar ke seluruh wilayah yang kini menjadi Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Proses penyebaran ini berlangsung secara bertahap selama berabad-abad melalui jalur perdagangan dan migrasi penduduk.
Masa Kolonial dan Pengenalan ke Dunia Barat
Ketika bangsa Eropa mulai berdagang dengan Asia Tenggara pada abad ke-16, mereka terkesan dengan rasa manggis yang luar biasa. Pedagang Portugis dan Belanda adalah yang pertama membawa berita tentang buah eksotis ini ke Eropa. Namun, karena sifat buahnya yang mudah rusak dan membutuhkan waktu perjalanan laut yang lama, manggis segar sulit untuk dibawa ke Eropa pada masa itu.
Pada abad ke-18 dan 19, kolonial Belanda mulai mencoba membudidayakan manggis secara lebih sistematis di Hindia Belanda (Indonesia). Mereka mendirikan kebun-kebun percobaan dan mulai mempelajari teknik budidaya yang tepat. Gubernur Jenderal Hindia Belanda sering mengirimkan buah manggis sebagai hadiah kepada pejabat tinggi di Belanda.
Ekspansi Global
Upaya serius untuk menyebarkan manggis ke luar Asia Tenggara dimulai pada abad ke-19. Tanaman ini diperkenalkan ke Ceylon (Sri Lanka), India, dan kemudian ke daerah tropis lainnya. Pada tahun 1855, manggis berhasil ditanam di Jamaica, dan dari sana menyebar ke negara-negara Karibia lainnya. Di Amerika Tengah dan Selatan, manggis diperkenalkan pada awal abad ke-20. Brazil, Venezuela, dan beberapa negara Amerika Tengah mulai mencoba membudidayakan tanaman ini, meskipun dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi karena perbedaan kondisi iklim dan tanah.
Perkembangan di Indonesia
Indonesia, sebagai salah satu pusat asal manggis, memiliki sejarah panjang dalam budidaya buah ini. Sejak masa kerajaan, manggis telah menjadi buah yang sangat dihargai. Pada masa kolonial, Belanda mendorong peningkatan produksi manggis untuk tujuan ekspor.
Pasca kemerdekaan, pemerintah Indonesia mulai mengembangkan program pemuliaan dan budidaya manggis secara lebih intensif. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, penelitian tentang manggis mulai dikembangkan di berbagai institusi pertanian. Jawa Barat, khususnya daerah Bogor dan sekitarnya, menjadi salah satu sentra pengembangan manggis di Indonesia.
Era Modern dan Komersial
Pada akhir abad ke-20, manggis mulai mendapat perhatian global sebagai "superfruit" karena kandungan antioksidannya yang tinggi, terutama xanthone. Hal ini memicu minat internasional yang besar terhadap manggis, tidak hanya sebagai buah konsumsi tetapi juga sebagai bahan suplemen kesehatan.
Thailand menjadi negara pertama yang berhasil mengembangkan industri manggis secara komersial pada skala besar. Pada tahun 1990-an, Thailand mulai mengekspor manggis dalam jumlah besar ke berbagai negara, termasuk Singapura, Hong Kong, dan kemudian ke Eropa dan Amerika.
Tantangan dan Inovasi Budidaya
Salah satu tantangan terbesar dalam sejarah budidaya manggis adalah sifat tanaman yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan dan membutuhkan waktu yang lama untuk berbuah (7-15 tahun dari bibit). Hal ini membuat banyak petani enggan menanam manggis karena investasi jangka panjang yang diperlukan.
Namun, kemajuan teknologi pertanian dalam beberapa dekade terakhir telah membantu mengatasi sebagian masalah ini. Teknik cangkok dan sambung telah dikembangkan untuk mempercepat masa berbuah, dan penelitian tentang varietas unggul terus dilakukan.
Status Saat Ini
Saat ini, Asia Tenggara masih mendominasi produksi manggis dunia, dengan Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Filipina sebagai produsen utama. Manggis telah menjadi komoditas ekspor yang penting bagi negara-negara ini, dengan nilai ekspor yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran global tentang manfaat kesehatan buah ini.
Upaya konservasi plasma nutfah manggis juga terus dilakukan untuk mempertahankan keragaman genetik tanaman ini, mengingat habitat aslinya yang semakin terdesak oleh pembangunan dan perubahan penggunaan lahan.
Sejarah manggis mencerminkan perjalanan panjang sebuah tanaman dari hutan alami Asia Tenggara menjadi komoditas global yang sangat dihargai. Hingga saat ini Manggis tetap mempertahankan statusnya sebagai "ratu buah" yang istimewa.